This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

SEONGGOK DAGING BERNYAWA

 Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Apa kabar sahabat? Semoga hari ini Anda selalu diberi kebahagiaan dan penuh rasa syukur kepada Tuhan, karena masih diberi kesempatan hidup, untuk menikmati segala apa yang kita lihat, segala apa yang kita rasakan, dan segala apa yang kita mampu kerjakan.

Dalam sebuah kepenatan hidup, manakala dunia terasa sangat sempit, seolah-olah segala ancaman datang dari segala penjuru, segala upaya kita yang telah kita kerjakan dengan seluruh kemampuan, terasa gagal, dan bahkan semua seolah tiada berpihak kepada kita. 

Suara seolah seperti putus di kerongkongan, hal-hal yang telah kita anggap baik ternyata tidak menjadikan upaya kita menjadi lebih baik. Pokoknya segala hal yang positif telah kita curahkan semaksimal mungkin, tetapi hasilnya sama saja.

Muncul dalam benak, adanya ketidak adilan, ketidak puasan, dan ingin mencari jalan keluar dengan cara ekstrim, bahkan ingin rasanya menabrak segala hal baik yang selama ini selalu kita pertahankan.☺ Bahkan ingin rasanya menghalkan segala cara, agar semua keinginan dapat terwujud.

Sahabat...
Apa yang kalian rasakan, sering sekali saya rasakan. Akan tetapi, untunglah sampai saat ini, cara-cara ekstrim dan keluar jalur itu tidak sampai saya lakukan. 

Pada saat titik puncak penuhnya emosi, penuhnya ambisi, penuhnya protes, dan segala akal pikiran diputar hingga tiada lagi mampu berfikir bersih. Berontak!!! Sekeras-Kerasnya!! hingga badan terasa lelah, hidup terasa lelah, semua terasa lelah, hingga ibarat diri ini berada di depan tembok batu yang sangat keras dan tebal, dan terasa, semua yang saya lakukan telah terabaikan begitu saja, sia-sia dan tiada gunanya.

Dalam keputus asaan itu, terbayang, kembali masa lalu. Dimana kita adalah seumpal daging di dalam perut seorang wanita yang sama sekali kita tidak mengenalnya. Entah bagaimana, kemudian kita tiba-tiba diberi nyawa, ditumbuhkan dengan begitu saja. Ada tulang, ada organ, ada daging, ada panca indra, ada rambut dan sebagainya. Lalu serta merta dilahirkan di dunia, dengan tidak tahu apa-apa, dan tiada berdaya apa-apa. 

Tuhan memberi kita seorang ibu dan ayah, agar kita terlindung dari segala kekurangan dan kelemahan kita. Tuhan memberi rasa kasih sayang pada ke dua orang itu kepada kita. Padahal kita tidak mengenalnya, apalagi berbuat baik kepada mereka, pernahkan kita memberikan sesuatu yang istimewa kepada mereka?? SAMA SEKALI TIDAK, tetapi dengan serta merta, kita betul2 mendapat kasih sayang penuh dari mereka, hanya lantaran kita keluar dari rahimnya.

Kata Kunci : "Kita tidak ngapa-ngapain, tetapi Tuhan memberi kita rasa damai, rasa nyaman, rasa bahagia"

Lalu kita mengenal beberapa orang, yang pada akhirnya menjadi teman. Bermain, sekolah, dan seterusnya, yang pada akhirnya kita berkenalan dengan lawan jenis, yang entah mengapa kita tertarik, dan dia juga demikian. Selanjutnya terjalinkan sebuah komitmen, dan akhirnya menjadi pasangan hidup.

Banyak tutorial mencari pasangan, banyak trik, banyak konsep dan segala macam, namun jika kita mengingat kembali, bagaimana kita mendapat pasangan, ternyata datang begitu saja, tiba-tiba terjalin secara alami, dan saat ini sudah menjadi ibu dari anak2 kita, atau ayah dari anak2 kita.

Segalanya disekenario begitu saja, di luar kemampuan kita. Namun banyak yang gagal di tengah jalan, mana kala, kita yang merencanakan, kita yang menginginkan, kita yang mengupayakan, 

Dari uraian di atas, jika kita tarik garis merah. Kita adalah sebuah nyawa yang melayang2 tidak tahu arah, kemudian dijadikan seonggok daging bernyawa, disempurnakan menjadi tubuh, agar menjadi sesuatu yang indah, di beri orang tua, agar kita hidup dengan terlindungi, nyaman dan bahagia. Kemudian diberi teman, agar hidup kita semakin berwarna, diberi pasangan, agar kita merasakan nikmatnya cinta, diberi pekerjaan, agar kita bisa mencukupi kebutuhan kita, diberi anak agar kita memiliki kebanggan dan tanggung jawab, diberi masalah agar kita lebih dewasa, bijaksana, serta agar menghadapi hidup lebih mudah (bagi yang bisa mengambil hikmah). Diberi usia, agar kita sadar, bahwa hidup itu memang ada batasnya, tanggung jawab itu ada batasnya, dan segala macam kesulitan, kesengsaraan ada batasnya.

Sahabat ....
Pada dasarnya kita hanya disuruh menikmati hidup ini dengan senikmat2nya dengan dasar rasa syukur. Tidak usah mengatur-atur segala hal yang diluar kendali kita, apalagi menginginkan segala sesuatu yang pada dasarnya kita tidak mampu memilikinya.

Biarkan segala sesuatu berjalan apa adanya, selesaikan tugas dan tanggung jawab yang memang harus diselesaikan hari ini (pekerjaan/kebutuhan rumah tangga/sekolah anak2/dsb), dan biarkan sisa waktu digunakan untuk menikmati hidup, dengan selalu mengharap kebahagiaan dari Tuhan.

Jangan biarkan diri kita dikuasai oleh keinginan2, gengsi2, apa kata orang, bagaimana nanti, aku harus menang dari dia, dan seterusnya, yang justru pada akhirnya, kita lah yang tersiksa, toh, tiada satupun yang saya sebutkan tadi menemani kita di liang lahat.

Pasrahkan segala masalah kepada Tuhan dengan selalu menyembah-Nya, yang terjadi biar terjadi, selama kita tidak menyakiti/merugikan orang lain, dan tetap berjalan dengan prilaku baik, biarkan Tuhan mengatur segalanya, kita lakukan yang harus kita selesaikan hari ini, semampu kita.

Demikian sedekar coretan, semoga bermanfaat. Terima kasih telah membaca sampai tuntas dan saya akhiri.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

TAKDIRMU KOK BEDA?

 Assalamu'alaikum Wr. Wb. 

Selamat datang di blog sederhana ini. Hari ini saya ingin menceritakan sebuah kisah, yang saya anggap cukup inspiratif bagi kita semua, manakala saat ini kita masih merasa galau dengan kondisi hidup kita. Jujur saja, perasaan ini selau ada dalam diri setiap manusia yang sehat jasmani dan rohani, tidak menutup kemungkinan kepada orang-orang yang sedang menjalankan ibadah dengan taat kepada Allah SWT.

Ada rasa bingung, panik, wawas, kecewa, capek, dan sebagainya. Dan hal itu sering terjadi dalam kehidupan kita (termasuk diri saya sendiri ☺). Apalagi melihat teman baik kita, yang sejak kecil bermain bersama, pernah belajar bersama, bekerja bersama, namun kini nasibnya berbeda. Ia menjadi orang yang sukses di banding kita. Padahal kita tahu, kemampuan kita lebih baik dari dia (Menurut kita sih ☺)

Nah kisah inilah yang menjadi dasar yang akan saya sampaikan di bawah ini.

"Malam itu, saya duduk di dapur, sendiri sambil menikmati segelas kopi pahit dan rokok kretek. Pikiran menerawang, melihat bagaimana besok, apa yang akan saya berikan kepada Istri, anak, kebutuhan sehari-hari, uang saku sekolah, dan segala macam.

Teringat kembali di si ANU, saat ini ekonominya sudah sangat bagus. Usahanya lancar, mobil cukup baru, padahal dia (sepengetahuan saya selama ini), otaknya pas-pasan, tidak istimewa. Wajahnya biasa saja. Dia kerja sebagai seorang manajer salah satu perusahaan kendaraan Jepang di wilayah ini juga. Kariernya cukup bagus, sehingga dipercaya perusahaan untuk memimpin cabangnya.

Sementara saya, masih bertahan, dan seolah jalan di tempat. Padahal saya sudah berusaha semaksimal mungkin, menahan segala keinginan yang tidak perlu, membelanjakan uang hanya yang pokok-pokok saja. Namun, tetap saja tidak mampu menabung, bahkan di akhir bulan, sering kebingungan hutang sana - hutang sini. Padahal, aku sudah menjalankan ibadah dengan optimal, doa pun selalu kupanjatkan, demi kebaikan keluarga dan orang tua.

Ada kalimat yang terbersit, "Tuhan Tidak Adil"

Nah, saat itu, kembali aku tersadar dari lamunan, dan melihat seluruh isi dapurku. Kulihat ada kompor, ada panci, ada penggorengan, piring, sendok, tempat sendok, dan segala macam peralatan dapur yang bermacam-macam.

Seandainya saya "Tuhan" (anggap yang penguasa isi dapur), tentu saya tidak akan membeli barang yang sama, untuk memudahkan tugas masak sehari-hari. Pasti saya butuh kompor, saya butuh panci, penggoreangan, pompa air, mesin cuci dan sebagainya, karena jika semua sama, (misal Kompor Gas yang seharga 1 juta lebih, atau mesin cuci sehari 5 juta an) semua, bagaimana aku masak nasi, bagaimana saya minum kopi, bagaimana saya makan, bikin sup, goreng ikan, dan lain sebagainya.

Saya pasti membutuhkan barang-barang yang bermacam-macam sesuai fungsinya. Minum pakek gelas, gak mungkin pakek panci, walau panci lebih kuat. Atau saya pakek mesin cuci untuk membersihkan pakaian, tidak mungkin menggunakan sendok, walau harganya lebih murah. Semua dibeli dengan fungsi dan tanggung jawab yang berbeda-beda. 

Sebuah sendok, walau kecil, tapi sangat dibutuhkan saat menyuapi makanan ke mulut, saat mengaduk kopi dan gula di gelas yang bercampur air panas. Sendok tidak dapat digunakan yang lain-lain, tugasnya hanya itu. Sementara panci yang tebal dan kuat, harus dibakar dengan bara api yang panas, agar makanan yang di dalamnya menjadi matang.

Kemudian saya kembalikan kepada diri saya sendiri. Sebenarnya setiap manusia itu unik dan istimewa. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan, serta tuga dan tanggung jawab masing-masing. 

Mengapa nasib saya seperti ini, karena tanggung jawab saya, hanya istri dan anak-anak saya sendiri. Tidak menanggung kehidupan orang lain. Cukup buat kebutuhan sehari-hari, biaya sekolah anak-anak, dan hal-hal yang sifatnya pribadi. Kebutuhan lain-lain yang sifatnya sekunder dan tersier, masih bisa ditangguhkan kalau ada rezeki lebih.

Sementara mengapa teman saya nampak ekonominya bagus, mobil bagus, uang banyak? Karena selain keluarga, ia harus memikirka nasib bawahannya, kebutuhan sehari-hari, sekolah anak-anak, dan segala sesuatu yang sifatnya harus. Dia tidak mungkin punya uang sedikit, seperti apa yang saya miliki, karena beban yang harus dia cukupi lebih besar dari apa yang saya butuhkan.

Mobil bagus dan sebagainya adalah salah satu kebutuhan dia untuk menjalankan tugasnya. Jika mobil tidak bagus atau bahkan hanya naik sepeda butut, mana mungkin pelanggan percaya dan membeli barang-barang dari dealer yang ia pimpin. Dia harus tampil wah dan meyakinkan, agar jika menghadapi pembeli yang berduit, ia mampu meyakinkan bahwa kualiatas barang yang ia jual memang berkelas.

Setelah merenung cukup dalam, maka saya tersenyum menengadah ke atas, Ya Allah maafkan saya, sesungguhnya Allah Maha Adil dan bijaksana. Dan saya bersyukur, hidup saya dibuat mudah, tidak terbebani dengan hal-hal yang berat, dan membutuhkan pikiran yang sulit.

Saya hanya berdoa semoga saya diberi kemampuan untuk menghantarkan anak-anak saya menjadi seseorang yang mandiri, sholeh, dan selalu mencintai saya, hingga saat saya sudah tidak berada di dunia yang sama dengan mereka."

Demikian sahabat, mohon maaf jika ada hal-hal yang kurang pas di hati, ini hanya sebuah cerita sederhana dengan segala keterbatasan tata bahasa saya. Semoga apa yang saya sampaikan di atas, sedikit memberi motivasi para pembaca sekalian.

Terima kasih telah membaca cerita ini sampai akhir.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.




 




KISAH PARA ALAS KAKI

 Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Apa kabar sahabatku? Terima kasih yang tak terhingga, karena telah sudi membuka Blog saya ☺ ini, semoga hari ini Anda selalu diberi kebahagiaan, dan kemudahan dalam melakukan kebaikan-kebaikan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Amiin.
Pada kesempatan ini, saya menulis sebuah catatan inspirasi yang muncul manakala ada suatu hal yang sangat mengganggu dalam fikiran saya. Kisah ini mampu mengubah apa yang menjadi pandangan saya sebelumya. Semoga kisah sederhana ini, dapat menginspirasi Anda, dan selamat membaca mulai awal sampai akhir cerita. 

Suatu hari, saya terdiam, duduk sendirian di salah satu bangku semen, depan kantor sekolah, tepatnya dibawah pohon beringin yang cukup besar. Disana sudah tidak terlihat lalu-lalang siswa, karena waktu sudah menunjukkan jam pulang lebih 30 menit. Tampak di kejauhan, bagian kebersihan mengambil sampah di tong-tong sampah, kemudian di masukkan dalam gerobak dorongnya, dari tengah gedung ke gedung yang lain, yang kemudian diantarkan ke TPS sekolah.

Saya melihat sepatu yang masih terpasang di kaki, saya berguman dalam hati, "Wahai sepatu, sungguh sial nasibmu. Sejak engkau diciptakan/dibuat, takdirmu selalu diinjak. Berapa mahal hargamu, pasti diinjak, berahadap dengan sesuatu yang kotor, menjijikkan, berbahaya, jorok, dan segala sesuatu yang dipandang rendah oleh orang."

"Mestinya engkau sakit hati dan iri dengan topi, yang selalu berada di atas kepala. Tiada lebih tinggi posisinya selain topi. Dan sejak topi dibuat sudah ditakdirkan berada di atas. Wahai sepatu, pernahkah kau menyalahkan nasibmu? Pernahkan kau punya keinginan untuk merubah nasib mu?"

Saya berfikir, bagaimana cara sepatu dapat menerima takdirnya dengan ikhlas???

Lalu muncullah gambaran di sebuah pojok rumah depan pintu samping, saat tengah malam, terdapatlah di sana sebuah rak sepatu yang terdiri atas beberapa alas kaki yang berbeda. 1. Sepatu Kulit, 2. Sepatu Olah Raga, 3. Sendal Jepit, 4. Sepatu Boot, 5. Sepatu Mewah yang masih terbungkus baru berada di posisi lebih tinggi dari yang lain.

Terjadilah percakapan antar beberapa alas kaki sebagai berikut :


[Sepatu Kulit Mewah]

Dengan bangga ia bercerita tentang pengalaman selama ini. "Wahai kalian semua, tahukan kalian apa yang aku alami selama ini? Aku selalu dibawa berjalan-jalan di tempat berkelas, hotel, bandara, tempat -tempat mewah, dan bertemu dengan orang-orang penting, dan intinya saat hal yang paling istimewa, maka yang digunakan adalah aku, bukan yang lain." (katanya sambil tersenyum bangga)

[Sepatu Olah Raga]

"Yah, walaupun aku tidak pernah diajak ke tempat2 itu, tapi kalau urusan fisik, olah raga, dan kegiatan yang memerlukan aktifitas aktif, maka pasti aku yang dipakek. Sepak Bola, lari-lari, basket, atau kegiatan yang sifatnya aktif, pasti aku yang dipakek. Sebab aku lentur, empuk, dan nyaman. Gak mungkin pakek kamu Si Sepatu Kulit. Mungkin sekali aktifitas, kamu sudah robek, atau bahkan kaki tuan rusak, lecet semua, gara-gara kamu." ia bercerita sambil tersenyum-senyum ngejek ke sepatu Kulit Mewah.

[Sendal Jepit]

"Kisah ku sedikit berbeda dari kalian, walau aku gak pernah diajak ke tempat mewah, berkelas, atau dibuat kegiatan olah raga, tetapi pengalamanku gak kalah seru dengan kalian. Kalau sudah urusan ibadah di masjid, ke pasar, ke tempat-tempat yang berhubungan dengan kegiatan sehari-hari, pasti aku yang dipakek. Tempatku lebih bermacam-macam, dan lebih luas". Sambil membusungkan dada dan tersenyum puas.

[Sepatu Bot]

"Kalau urusan ekstrim, kalian semua tidak ada apa-apanya di banding aku. Yang aku hadapi pasti hal-hal yang berbahaya. Batu padas, tanah lempung yang lengket, paku-paku, besi yang tajam, pecahan kaca, api, kotoran binatang yang menjijikkan, tempat beracun dan tempat lain yang gak mungkin kuat kalian hadapi." Sambil menundukkan badan menunjukkan ia lebih senior dari semua alas kaki di sana.

[Sepatu Mewah]

 Mendengar teman-temannya bercerita, ia merasa sangat sedih. Melihat itu teman-temannya yang ada di bawah bertanya-tanya. Sepatu kulit berkata "Kenapa kamu?" Sepatu Mewah menjawab, "Memang dibanding kalian, harga ku paling mahal, tetapi, keberadaanku di sini tiada ada orang yang tahu. Sejak beli sampai sekarang, hanya berada dalam bungkus. Tidak ada pengalaman apa-apa, tidak kemana-mana, dan diam seolah tidak ada gunanya".

Dari  percakapan mereka dapat saya tarik kesimpulan bahwa, mereka mendapatkan wawasan, pengalaman, pengakuan, kebanggan, manakala mereka digunakan / diinjak. Mereka akan menjadi pilihan spesial, manaka kala dia digunakan pada situasi khusus. Mereka istimewa di tempatnya, dan merasa luar biasa pada saat dan tempat yang cocok dengan mereka. Walau bentuk dan harga mereka berbeda, tetapi semua memiliki fungsi yang unik dan istimewa.

Sementara yang tidak diinjak/dipakek, maka tidak akan memiliki sesuatu yang istimewa bagi dirinya. Berapapun mewahnya, berapa pun mahalnya, tetap saja seperti hampa, dan tidak bisa menikmati apa-apa.

Jawaban dari pertanyaan saya, "bagaimana cara sepatu dapat menerima takdirnya dengan ikhlas?" Adalah manakala ia tahu akan siapa dirinya, hal istimewa apa yang dia miliki, dan menikmati segala proses dengan penuh bangga, tanpa membanding-bandingkan sesuatu yang berbeda dengan dirinya.

Bayangkan andai sepatu Kulit, merasa dirinya adalah topi,  dan tidak mau menjadi sepatu, ngeyel ingin menjadi topi.  Tentu yang punya akan segera membuangnya begitu saja, karena tidak sesuai dengan harapannya. Atau bahkan menghancurkannya, karena si sepatu yang ingin di atas kepala, tentu sangat mempermaulan dirinya  jika dilihat orang.

Nah, dari kisah sederhana ini, semoga para sahabat dapat mengambil hikmah. Dengan harapan, kita akan menjadi orang yang lebih bijaksana dalam menghadapi hidup yang semakin penuh tantangan ini.

Terima kasih, sudah membaca sampai akhir.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.